Pneumonia(Radang Paru paru)- Gejala dan Cara Mengobatinya
Radang paru-paru atau pneumonia adalah peradangan pada parenkim paru yang bisa terjadi bukan hanya pada anak-anak tapi dapat terjadi pada orang dewasa, tetapi terjadi lebih sering pada bayi dan awal masa kanak-kanak. Secara klinis, pneumonia dapat terjadi sebagai penyakit primer atau komplikasi lain.
Pahami lebih jauh seputar apa itu pneumonia (radang paru-paru) melalui pembasahan di bawah ini!
Apa itu Pneumonia (Radang Paru-paru)?
Menurut UNICEF/WHO (2006), radang paru-paru atau pneumonia adalah sakit yang terbentuk dari infeksi akut dari daerah saluran pernapasan bagian bawah secara spesifik mempengaruhi paru-paru dan menyebabkan area tersebut dipenuhi dengan cairan, lendir atau nanah. Kondisi ini bisa membuat pasien mengalami sulit bernapas.
Badan Kesehatan Dunia (WHO) memperkirakan sebanyak 15 persen kematian anak-anak usia balita di seluruh dunia terkait dengan pneumonia. Meskipun begitu, pneumonia bisa menimpa orang dewasa dengan dampak yang kurang lebih sama.
Faktor Risiko dan Penyebab Pneumonia
Pneumonia tidak hanya bisa menimpa orang dewasa, pneumonia juga bisa menimpa anak-anak.Meskipun.Meskipun begitu, penyakit yang dikenal juga dengan sebutan paru-paru basah ini sangat rentan menyerang anak-anak dan lansia, terutama yang mengidap penyakit paru-paru kronis.
Berikut beberapa orang yang masuk dalam kategori paling berisiko terkena pneumonia adalah:
-Perokok aktif
-Memiliki riwayat stroke
-Bayi berusia 0–2 tahun, dan lansia di atas usia 65 tahun
-Penggunaan obat-obatan tertentu yang menyebabkan masalah pada sistem imun, seperti steroid, konsumsi antibiotik dalam jangka panjang, dan lainnya
-Memiliki riwayat asma, gagal jantung, diabetes, HIV/AIDS, cystic fibrosis, dan penyakit kronis lainnya
-Sedang menjalani kemoterapi. Kondisi ini bisa membuat sistem kekebalan tubuh menurun, sehingga virus dan bakteri mudah menyerang
Mengenai penyebabnya, penyakit ini bisa disebabkan oleh infeksi virus, bakteri, dan jamur. Sementara untuk orang dewasa, penyebab pneumonia paling sering terjadi karena bakteri.
Pneumonia juga bisa disebabkan oleh infeksi virus SARS-CoV-2 atau yang dikenal dengan sebutan virus corona, penyebab COVID-19. Dibandingkan dengan kondisi lainnya, pneumonia akibat infeksi virus corona jauh lebih berbahaya.
Jika mengalami gejala pneumonia, segera lakukan pemeriksaan di rumah sakit terdekat untuk memastikan apakah pneumonia yang dialami terkait COVID-19 atau tidak.
Gejala Pneumonia
Pada dasarnya, gejala pneumonia hampir sama dengan masalah paru-paru lainnya, di antaranya batuk dengan intensitas tinggi dan disertai dahak. Selain itu, dilansir dalam Mayo Clinic, berikut beberapa gejala umum yang terjadi saat Anda mengalami pneumonia:
-Demam tinggi, suhu tubuh mencapai lebih dari 38 derajat Celcius
-Dada terasa sakit dan sulit bernapas
-Penurunan nafsu makan
-Berkeringat
-Menggigil
-Detak jantung terasa cepat
Selain gejala umum, ada juga gejala pneumonia lainnya yang cukup jarang terjadi namun bisa saja muncul sebagai gejala penyerta dari pneumonia adalah:
-Batuk disertai darah
-Nyeri sendi dan otot
-Lemas dan lelah
-Kepala sakit
-Mual dan muntah
Gejala tersebut umumnya akan terjadi selama 1 – 2 hari, tanpa penurunan gejala. Namun, kondisi ini bisa berbeda tergantung dari sistem kekebalan tubuh masing-masing.
Cara Mengobati Pneumonia
Cara mengobati pneumonia harus disesuaikan dengan penyebab utama serta tingkat keparahannya. Dalam kondisi yang tidak terlalu parah, pneumonia akibat infeksi bakteri bisa diatasi dengan pemberian antibiotik, baik lewat oral maupun cairan infus.
Sedangkan untuk pneumonia yang disebabkan oleh infeksi virus, cara pengobatannya bisa dengan mengkonsumsi obat anti-virus, seperti zanamivir (Relenza) atau oseltamivir (Tamiflu).
Terkadang dokter akan memberikan beberapa obat tambahan untuk meringankan gejala pneumonia, seperti obat pereda nyeri, penurun panas, hingga obat batuk. Jika Anda mengalami gejala sesak napas atau kesulitan bernapas, dokter akan memasangkan alat bantu napas atau ventilator.
Pneumonia tidak bisa dianggap enteng. Maka dari itu semua proses pengobatan sebaiknya dilakukan di rumah sakit dengan pengawasan dokter spesialis paru. Hal ini dilakukan agar pasien bisa mendapatkan perawatan intensif, sekaligus mencegah resiko komplikasi yang lebih parah.
Lalu, jika Anda bukan penderita pneumonia, namun berada di daftar berisiko tinggi atau ada anggota keluarga yang mengalami pneumonia, lakukanlah beberapa upaya pencegahan berikut ini:
Tingkatkan asupan nutrisi dengan konsumsi makanan sehat, terutama buah dan sayuran yang bersifat antiradang dan dapat meningkatkan sistem kekebalan tubuh.
Jaga kebersihan diri dan lingkungan dengan mencuci tangan sebelum dan sesudah makan, sebelum mengolah makanan, dan setelah pulang beraktivitas dari luar.
Jauhi rokok, minuman beralkohol, dan jaga jarak dengan orang yang sedang sakit batuk, pilek, atau pasien pneumonia itu sendiri.
Selain itu, Anda juga dapat mencegahnya dengan cara di vaksin. Dilansir dalam CDC, beberapa vaksin yang direkomendasikan untuk mencegah pneumonia adalah vaksin flu, PCV, Hib, Pneumococcal polysaccharide, pertusis, dan cacar. Sementara untuk anak adalah pneumococcal conjugate vaccine (PCV 13).
Sebagai alternatif, Anda bisa memilih pneumococcal polysaccharide vaccine (PPV23) yang bisa diberikan untuk semua usia, mulai dari 2 – 60 tahun. Beberapa vaksin mungkin perlu diulang, jadi pastikan Anda untuk meminta informasi yang detail kepada dokter.